Minggu, 10 Maret 2013
Sabtu, 23 Februari 2013
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro
adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang
raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di
Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R A Mangkarwati,
yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari
kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan
ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia
menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3
orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih,
& Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro
lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih
suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya,
permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan
Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota
perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun,
sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama
Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.
Tata cara Pemerintahan Hindia Belanda membuat Pangeran Diponegoro
melakukan perlawanan yang terkenal dengan nama Perang Diponegoro.
Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772). Nama
asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di
Bonjol pada tahun 1772. Dalam perjuangannya, Tuanku Imam Bonjol
melakukan perlawanan besar - besaran yang kita kenal dengan nama Perang
Padri.
Tak
dapat dimungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik sekaligus
traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang
itu (1803-1821) praktis yang berperang adalah sesama orang Minang dan
Mandailing atau Batak umumnya.
Pada
awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin
ulama di Kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat
Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang berpegang teguh
pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu 'alaihi
wasallam. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan
Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan
Pagaruyung beserta Kaum adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang
tidak sesuai dengan Islam (Bid'ah). Tetapi itu semua ditolak. Belanda
malah bergabung dengan kaum adat. Setelah kaum adat menang, Belanda
memusuhi kaum adat yang akhirnya bergabung dengan para ulama. Belanda
mengepung benteng bonjol, tetapi tetap terus gagal untuk menangkap Imam
Bonjol.
5 Prestasi Indonesia Yang Membanggakan di Mata Dunia
5 Prestasi Indonesia Yang Wajib Kita Banggakan :
5 Prestasi Indonesia Yang Wajib Kita Banggakan :
- Indonesia Sebagai Negara Maritim Terbesar Didunia, Dengan Perairan Indonesia yang luasnya 93 Ribu KM2 dan Panjang pantai sekitar 81 Ribu KM2 atau hampir 25% Panjang Pantai Dunia menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara Maritim Terbesar Didunia.
- Fakta Sejarah Manusia Tertua Didunia, di Negara Indonesialah Manusia Purba Tertua Didunia ditemukan. Pithecanthropus Erectus, Tengkorak Manusia Purba tersebut diperkirakan berasal dari 1,8 Juta tahun yang lalu, Luar biasa bukan..
- Lautan Paling Banyak Memiliki Terumbu Karang, Sebagai Negara Maritim tentu saja Alam Bawah laut Indonesia memiliki terumbu karang yang sangat banyak, dan yang lebih luar biasa lagi ternyata Indonesia memiliki sekitar 18 persen Jumlah terumbu karang Didunia. Alhasil menempatkan Lautan Indonesia sebagai Pemilik terumbu karang Terbanyak Didunia.
Jumat, 22 Februari 2013
Pahlawan Reformasi, Pahlawan Revolusi, Pahlawan Nasional, Lalu.. di Mana Para Pahlawan Rakyat?
INDONESIA untuk mencapai kemerdekaan nya,
diperjuangkan oleh para pejuang dengan semangat Nasionalisme yang
tumbuh dan bergelora di dalam dadanya pada masa itu, ada banyak
peristiwa-peristiwa sejarah yang menceritakan betapa susah dan sulitnya
mencapai kemerdekaan. para Pahlawan Reformasi, Pahlawan Revolusi, dan
Pahlawan Nasional merekalah manusia-manusia hebat dan kritis-kritis
pemikirannya dikala masa nya, sebut saja, Bung Karno,hatta, Bung Tomo,
jenderal soedirman, Ra kartini, dewi sartika, cut nyak dien, KH.Ahmad
dahlan,KI Hajar dewantara dan para Dewan Jenderal Korban ke ganasan dan
kebiadaban G.30.S.PKI.
INDONESIA bisa mencapai kemerdekaan, melalui Perang-perang yang dilakukan pada masa itu, sebut saja, Perang Ambarawa, Perang Bandung lautan Api, dll, yang banyak memakan korban jiwa melayang, semua itu dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan untuk mencapai suatu kebebasan dan terlepas dari yang namanya penjajahan atas nama kemanusiaan dan hak asasi manusia. tidak mudah memang, perjuangan Bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan, diperlukan tak-tik dan strategi yang jitu dan jiwa Nasionalis yang tinggi di dada para Pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia.
INDONESIA bisa mencapai kemerdekaan, melalui Perang-perang yang dilakukan pada masa itu, sebut saja, Perang Ambarawa, Perang Bandung lautan Api, dll, yang banyak memakan korban jiwa melayang, semua itu dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan untuk mencapai suatu kebebasan dan terlepas dari yang namanya penjajahan atas nama kemanusiaan dan hak asasi manusia. tidak mudah memang, perjuangan Bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan, diperlukan tak-tik dan strategi yang jitu dan jiwa Nasionalis yang tinggi di dada para Pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia.
Mengenang Perjuangan Pahlawan Indonesia
Sudah menjadi sejarah Indonesia semenjak 67 tahun yang lalu para pahlawan berjuang memperjuangkan Indonesia. Jiwa raga mereka dipertaruhkan demi Indonesia. Sejak itulah setiap tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan. Namun, apakah hanya dengan sebatas memperingati? Jiwa – jiwa pahlawan mereka yang sekarang sangat sulit untuk kita temui. Sedikit membuka sejarah, bagaimana peristiwa 10 November ini terjadi?
Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah
perang antara Indonesia dan Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang
mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret,
pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak
itu, Indonesia diduduki oleh Jepang.
Perancang Lambang Garuda Pancasila yang Terlupakan
Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.
Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Langganan:
Postingan (Atom)