Pages

Minggu, 10 Maret 2013

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru

Sabtu, 23 Februari 2013

Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R A Mangkarwati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. Tata cara Pemerintahan Hindia Belanda membuat Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan yang terkenal dengan nama Perang Diponegoro. 

Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772). Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di Bonjol pada tahun 1772. Dalam perjuangannya, Tuanku Imam Bonjol melakukan perlawanan besar - besaran yang kita kenal dengan nama Perang Padri.


Tak dapat dimungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 18 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berperang adalah sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak umumnya.
Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan dikalangan pemimpin ulama di Kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung beserta Kaum adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam (Bid'ah). Tetapi itu semua ditolak. Belanda malah bergabung dengan kaum adat. Setelah kaum adat menang, Belanda memusuhi kaum adat yang akhirnya bergabung dengan para ulama. Belanda mengepung benteng bonjol, tetapi tetap terus gagal untuk menangkap Imam Bonjol.
5 Prestasi Indonesia Yang Membanggakan di Mata Dunia

Prestasi Indonesia Yang Membanggakan di Mata Dunia
5 Prestasi Indonesia Yang Wajib Kita Banggakan :
  1. Indonesia Sebagai Negara Maritim Terbesar Didunia, Dengan Perairan Indonesia yang luasnya 93 Ribu KM2 dan Panjang pantai sekitar 81 Ribu KM2 atau hampir 25% Panjang Pantai Dunia menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara Maritim Terbesar Didunia.
  2. Fakta Sejarah Manusia Tertua Didunia, di Negara Indonesialah Manusia Purba Tertua Didunia ditemukan. Pithecanthropus Erectus, Tengkorak Manusia Purba tersebut diperkirakan berasal dari 1,8 Juta tahun yang lalu, Luar biasa bukan..
  3. Lautan Paling Banyak Memiliki Terumbu Karang, Sebagai Negara Maritim tentu saja Alam Bawah laut Indonesia memiliki terumbu karang yang sangat banyak, dan yang lebih luar biasa lagi ternyata Indonesia memiliki sekitar 18 persen Jumlah terumbu karang Didunia. Alhasil menempatkan Lautan Indonesia sebagai Pemilik terumbu karang Terbanyak Didunia.

Jumat, 22 Februari 2013

Pahlawan Reformasi, Pahlawan Revolusi, Pahlawan Nasional, Lalu.. di Mana Para Pahlawan Rakyat?



INDONESIA untuk mencapai kemerdekaan nya, diperjuangkan oleh para pejuang dengan semangat Nasionalisme yang tumbuh dan bergelora di dalam dadanya pada masa itu, ada banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang menceritakan betapa susah dan sulitnya mencapai kemerdekaan. para Pahlawan Reformasi, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Nasional merekalah manusia-manusia hebat dan kritis-kritis pemikirannya dikala masa nya, sebut saja, Bung Karno,hatta, Bung Tomo, jenderal soedirman, Ra kartini, dewi sartika, cut nyak dien, KH.Ahmad dahlan,KI Hajar dewantara dan para Dewan Jenderal Korban ke ganasan dan kebiadaban G.30.S.PKI.
INDONESIA bisa mencapai kemerdekaan, melalui Perang-perang yang dilakukan pada masa itu, sebut saja, Perang Ambarawa, Perang Bandung lautan Api, dll, yang banyak memakan korban jiwa melayang, semua itu dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan untuk mencapai suatu kebebasan dan terlepas dari yang namanya penjajahan atas nama kemanusiaan dan hak asasi manusia. tidak mudah memang, perjuangan Bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan, diperlukan tak-tik dan strategi yang jitu dan jiwa Nasionalis yang tinggi di dada para Pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia.

1352509505723446963


Mengenang Perjuangan Pahlawan Indonesia

Sudah menjadi sejarah Indonesia semenjak 67 tahun yang lalu para pahlawan berjuang memperjuangkan Indonesia. Jiwa raga mereka dipertaruhkan demi Indonesia. Sejak itulah setiap tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan. Namun, apakah hanya dengan sebatas memperingati? Jiwa – jiwa pahlawan mereka yang sekarang sangat sulit untuk kita temui. Sedikit membuka sejarah, bagaimana peristiwa 10 November ini terjadi?
Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia dan Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Perancang Lambang Garuda Pancasila yang Terlupakan


Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.
Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.